Jumat, 17 Januari 2014

Rencana Pertamina di 2014, "Kembali" Gadaikan Industri Strategis Pada Asing

Tahun 2013 baru saja berakhir, kita semua masih dalam euphoria perayaan kedatangan tahun 2014. Sumua target di tahun 2013 telah berhasil kita capai dan rasakan hasilnya. Tahun baru telah tiba, saatnya membuat rencana-rencana baru, menetapkan target baru. Saya dan rekan-rekan pembaca, saat pasti sedang menyusun rencana dan target yang ingin dicapai pada tahun 2014. Mungkin diantara kita, ada yang sudah menemukan rencana-rencana barunya dan mungkin juga ada yang masih bingung dan menerka-nerka apa saja target yang harus tercapai di tahun 2014.

Namun lain halnya dengan Pertamina, nampaknya BUMN milik Negara ini sudah dari jauh hari mempersiapkan target dan rencana-rencana di tahun 2014 ini. Bahkan ada beberapa rencana yang sudah dilaksanakan. Ya, di tahun 2014 ini Pertamina memang mempunyai ambisi yang sangat luar biasa. Tentu saja, ini membuat saya dan rekan-rekan berdecak kagum dengan keberanian pertamina. Tetapi sayang, kemantapan pertamina menetapkan target dan rencana-rencananya di tahun 2014, tidak hanya menuai pujian, sebaliknya malah menuai kritik dan pesemistis dari masyarakat. Banyak kalangan menilai ambisi besar Pertamina ini, tidak sebanding dengan “tenaga” yang dimiliki.


Berikut ini beberapa rencana proyek-proyek ambisius Pertamina di tahun 2014 : Melakukan ekspansi ke Aljazair dengan mengeluarkan dana Rp 20 triliun, Melakukan ekspansi ke Iraq, Melakukan ekspansi ke Libya, Mengakuisisi Perusahaan Gas Negara (PGN), Membuat Pertamina Tower Energy setinggi 99 lantai (ground breaking, 9 Desember 2013) hendak melampaui menara Petronas, Mengakuisisi Blok Mahakam, Membangun pipa Gresik-Semarang-Cirebon, dan masih banyak lagi program ambisius Pertamina

Sekilas proyek-proyek tersebut terlihat sangat wah, dan membuat kita berdecak kagum, tetapi kalau dipikir-pikir lagi apa pertamina sanggup menjalankan proyek-proyek itu. Pertanyaan paling gampang, dari mana dari untuk merealisasikan rencana-rencana itu didapatkan ? Dengan kondisi keungaan seperti saat ini rasanya mustahil itu semua dapat terealisasi.  Setiap tahunnya Pertamina hanya bisa membukukan laba di bawah Rp 30 Triliun. PT Pertamina (Persero) selama tahun 2012 mencetak laba Rp25,89 triliun atau sekitar US$2,76 miliar, naik 26,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp20,47 triliun. (Investor Daily, Rabu, 27 Februari 2013)

PT Pertamina (Persero) menargetkan laba bersih pada tahun 2013 sekitar 3,05 miliar dolar AS atau setara dengan Rp29,03 triliun (kurs 1 dolar, Rp9.678), melonjak dari laba bersih tahun 2012 yang diproyeksikan mencapai Rp23,5 triliun. Hal ini diungkapkan Karen Agustiawan pada Rencana Kerja Anggran Perusahaan (RAKP) Desember 2012.  (Antaranews.com)

"Dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Pertamina yang kami sampaikan kepada Kementerian BUMN, laba perusahaan ditargetkan sekitar 3,05 miliar dolar AS," kata Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis.

Asumsinya jika target laba bersih pertamina tahun 2013 tercapai sebesar Rp 29,03 T, dan dana yang diterima oleh Pertamina setelah disetorkan kepada Negara hanya sekitar 20 persen atau  sekitar Rp 6 Triliun. Dana tersebut sangat tidak sebanding dengan rencana-rencana Pertamina. Jika Pertamina mencari pendanaan dari penjualan Global Bond, maka Pertamina telah benar-benar mengantungkan leher industry sektor migas kita pada pihaks asing. Siap-siap saja industri migas kita akan dikendalikan oleh pihak asing.  Pada akhirnya kira akan menjadi pekerja di tanah kita sendiri. Dan yang lebih parah industry migas tidak akan memihak kepentingan dan pelayanan bagi rakyat , melainkan mencari untung sebesar-besarnya.

Banyak sudah perushaan-peruahaan industry stretegis kita yang dikuasai asing. Masih segar diingatan kita bagaimana Indosat dikuasai oleh asing, setelah sebagian besar sahamnya dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi Qatar yang sebelumnya bernama Qtel. Akibatnya, marak sekali kasus penyadapan. Jangan, jangan dan jangan sampai ada lagi industri strategis negara kita yang hilang penguasaan nya dari kita. Harus ditekankan, bahwa industri strategis penekanan nya bukan pada "margin", tetapi harus kepada pelayanan. Melayani kepentingan rakyat,  menjaga kepentingan dan kedaulatan bangsa dan negara ini.

Ironis memang disaat Negara terancam mengalami krisis energi, karena produksi minyak dan gas  terus turun drastis. Tetapi, rupanya Pertamina lebih mementingkan alokasi dana triliun rupiah untuk proyek mercusuar daripada untuk eksplorasi migas. Pertaminapun mempunyai slogan baru, yaitu  “ingin mendunia, ingin menjadi perusahaan kelas dunia”. Namun sayang, sepertinya rencana-rencana besar Pertamina ini, bisa diibaratkan “Nafsu Besar Tenaga Kurang”.


Pertamina berharap bisa menjadi perusahaan kelas dunia setelah memiliki gedung tertinggi ke 3 di dunia (Energy Tower), setinggi 99 lantai dengan target penyelesaian pada 2020. Gedung ini lebih tinggi dari Menara Petronas milik malsysia. Tetapi Pertamina agaknya lupa, untuk menjadi perusahaan kelas dunia itu yang terpenting adalah kinerja, bukan ditentukan seberapa tinggi gedung yang dibangun.  Jangan sampai rencana-rencana besar ini adalah cara untuk merampok Negara demi menyediakan dana pesta politik 2014 mendatang.

Welkinson

Tidak ada komentar:

Posting Komentar