Tahun 2013 baru saja berakhir, kita semua masih dalam
euphoria perayaan kedatangan tahun 2014. Sumua target di tahun 2013 telah
berhasil kita capai dan rasakan hasilnya. Tahun baru telah tiba, saatnya
membuat rencana-rencana baru, menetapkan target baru. Saya dan rekan-rekan
pembaca, saat pasti sedang menyusun rencana dan target yang ingin dicapai pada
tahun 2014. Mungkin diantara kita, ada yang sudah menemukan rencana-rencana
barunya dan mungkin juga ada yang masih bingung dan menerka-nerka apa saja
target yang harus tercapai di tahun 2014.
Namun lain halnya dengan Pertamina, nampaknya BUMN milik
Negara ini sudah dari jauh hari mempersiapkan target dan rencana-rencana di
tahun 2014 ini. Bahkan ada beberapa rencana yang sudah dilaksanakan. Ya, di
tahun 2014 ini Pertamina memang mempunyai ambisi yang sangat luar biasa. Tentu
saja, ini membuat saya dan rekan-rekan berdecak kagum dengan keberanian
pertamina. Tetapi sayang, kemantapan pertamina menetapkan target dan
rencana-rencananya di tahun 2014, tidak hanya menuai pujian, sebaliknya malah
menuai kritik dan pesemistis dari masyarakat. Banyak kalangan menilai ambisi
besar Pertamina ini, tidak sebanding dengan “tenaga” yang dimiliki.
Berikut ini beberapa rencana proyek-proyek ambisius Pertamina
di tahun 2014 : Melakukan ekspansi ke Aljazair dengan mengeluarkan dana Rp 20
triliun, Melakukan ekspansi ke Iraq, Melakukan ekspansi ke Libya, Mengakuisisi
Perusahaan Gas Negara (PGN), Membuat Pertamina Tower Energy setinggi 99 lantai
(ground breaking, 9 Desember 2013) hendak melampaui menara Petronas, Mengakuisisi
Blok Mahakam, Membangun pipa Gresik-Semarang-Cirebon, dan masih banyak lagi
program ambisius Pertamina
Sekilas proyek-proyek tersebut terlihat sangat wah, dan
membuat kita berdecak kagum, tetapi kalau dipikir-pikir lagi apa pertamina
sanggup menjalankan proyek-proyek itu. Pertanyaan paling gampang, dari mana
dari untuk merealisasikan rencana-rencana itu didapatkan ? Dengan kondisi
keungaan seperti saat ini rasanya mustahil itu semua dapat terealisasi. Setiap tahunnya Pertamina hanya bisa
membukukan laba di bawah Rp 30 Triliun. PT Pertamina (Persero) selama tahun
2012 mencetak laba Rp25,89 triliun atau sekitar US$2,76 miliar, naik 26,4%
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp20,47 triliun. (Investor
Daily, Rabu, 27 Februari 2013)
PT Pertamina (Persero) menargetkan laba bersih pada tahun
2013 sekitar 3,05 miliar dolar AS atau setara dengan Rp29,03 triliun (kurs 1
dolar, Rp9.678), melonjak dari laba bersih tahun 2012 yang diproyeksikan
mencapai Rp23,5 triliun. Hal ini diungkapkan Karen Agustiawan pada Rencana
Kerja Anggran Perusahaan (RAKP) Desember 2012.
(Antaranews.com)
"Dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP)
Pertamina yang kami sampaikan kepada Kementerian BUMN, laba perusahaan
ditargetkan sekitar 3,05 miliar dolar AS," kata Direktur Utama Pertamina,
Karen Agustiawan di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis.
Asumsinya jika target laba bersih pertamina tahun 2013
tercapai sebesar Rp 29,03 T, dan dana yang diterima oleh Pertamina setelah disetorkan
kepada Negara hanya sekitar 20 persen atau
sekitar Rp 6 Triliun. Dana tersebut sangat tidak sebanding dengan
rencana-rencana Pertamina. Jika Pertamina mencari pendanaan dari penjualan Global
Bond, maka Pertamina telah benar-benar mengantungkan leher industry sektor
migas kita pada pihaks asing. Siap-siap saja industri migas kita akan dikendalikan
oleh pihak asing. Pada akhirnya kira
akan menjadi pekerja di tanah kita sendiri. Dan yang lebih parah industry migas
tidak akan memihak kepentingan dan pelayanan bagi rakyat , melainkan mencari
untung sebesar-besarnya.
Banyak sudah perushaan-peruahaan industry stretegis kita yang
dikuasai asing. Masih segar diingatan kita bagaimana Indosat dikuasai oleh
asing, setelah sebagian besar sahamnya dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi
Qatar yang sebelumnya bernama Qtel. Akibatnya, marak sekali kasus penyadapan. Jangan,
jangan dan jangan sampai ada lagi industri strategis negara kita yang hilang penguasaan
nya dari kita. Harus ditekankan, bahwa industri strategis penekanan nya bukan
pada "margin", tetapi harus kepada pelayanan. Melayani kepentingan
rakyat, menjaga kepentingan dan
kedaulatan bangsa dan negara ini.
Ironis memang disaat Negara terancam mengalami krisis energi,
karena produksi minyak dan gas terus
turun drastis. Tetapi, rupanya Pertamina lebih mementingkan alokasi dana
triliun rupiah untuk proyek mercusuar daripada untuk eksplorasi migas.
Pertaminapun mempunyai slogan baru, yaitu “ingin mendunia, ingin menjadi perusahaan
kelas dunia”. Namun sayang, sepertinya rencana-rencana besar Pertamina ini,
bisa diibaratkan “Nafsu Besar Tenaga Kurang”.
Pertamina berharap bisa menjadi perusahaan kelas dunia
setelah memiliki gedung tertinggi ke 3 di dunia (Energy Tower), setinggi 99
lantai dengan target penyelesaian pada 2020. Gedung ini lebih tinggi dari
Menara Petronas milik malsysia. Tetapi Pertamina agaknya lupa, untuk menjadi
perusahaan kelas dunia itu yang terpenting adalah kinerja, bukan ditentukan
seberapa tinggi gedung yang dibangun.
Jangan sampai rencana-rencana besar ini adalah cara untuk merampok
Negara demi menyediakan dana pesta politik 2014 mendatang.
Welkinson
Welkinson
Tidak ada komentar:
Posting Komentar