Pemerintah memang masih memperjuangkan kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi kepada DPR, namun berbagai prediksi sudah banyak
dimunculkan berbagai lembaga. Salah satu diantaranya berasal dari Citi
Research. Citi Research menilai usulan tersebut bakal berdampak pada
berbagi sendi perekonomian di Indonesia. Dalam skala lebih besar, kenaikan
harga BBM bakal membuat pertumbuhan ekonomi nasional yang semula ditaksir naik
6,2%, turun menjadi 6,1%.
Berikut adalah sektor-sektor yang bakal terimbas kenaikan
harga BBM bersubsidi:
1. Pengeluaran Rumah Tangga
Naiknya inflasi akibat penyesuaian harga BBM, tak diragukan
lagi bakal membuat masyarakat tak lagi leluasa dalam pengeluarannya. Dari hasil
data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) 2012, rata-rata konsumsi
rumah tangga terhadap gas dan bahan makanan justru meningkat di awal tahun.
Kondisi ini memang kerap terjadi ketika harga BBM bakal dinaikkan.
Dari hasil survei tersebut diperkirakan kalangan rumah
tanggal bakal mengurangi pengeluaran untuk sejumlah barang untuk periode
tertentu.
Diantara sejumlah pengeluaran yang bakal dibatasi, Citi
memperkirakan masyarakat akan lebih berhemat untuk kendaraan dan reparasi,
pulsa telepon seluler, barang-barang tahan lama, serta pakaian.
2. Investasi
Naiknya harga bahan bangunan harus menjadi perhatian serius.
Tak bisa dibantah jika biaya transportasi yang melonjak membuat harga bahan
bangunan seperti pasir dan bahan non logam bakal naik 19%.
Melihat fenomena itu, harga bahan bangunan diperkirakan baik
naik seiring penyesuaian harga BBM.
Kondisi harus menjadi perhatian serius mengingat 85% dari
struktur modal Indonesia berkaitan erat dengan sektor konstruksi.
Tak hanya dari segi harga, kontraksi pada sektor konstruksi
juga bisa berakibat pada stabilitas ekonomi. Maklum, pembiayaan perbankan untuk
sektor ini memegang peran penting khususnya pada proyek-proyek pemerintah.
Apalagi data BI menunjukan, 80% pembiayaan pembelian
perumahan oleh masyarakat kelas menengaha di tanah air menggunakan jasa
perbankan.
Kedua faktor tersebut bisa berdampak pada roda investasi
Indonesia. Selain itu, voilatilitas nilai tukar juga bisa ikut terpengaruh
dengan kondisi tersebut.
3. Bunga Kredit
Beruntung, Citi memperkirakan kenaikan harga BBM takkan
secara langsung diikuti dengan naiknya suku bunga kredit ke level double digit.
Walaupun diakui, fasilitas simpanan Bank Indonesia (FasBI Rate) diperkirakan
bakal naik moderat sebesar 75 basis point.
Secara keseluruhan, pertumbuhan kredit usai kenaikan harga
BBM bakal sedikit melambat di bawah 20% dari sebelumnya di level 22% pada Maret
2013.
4. Impor BBM
Kenaikan harga BBM sebesar 33-44%, diperkirakan bakal
mengurangi volume impor minyak Indonesia. Hal ini membuat defisit transaksi
neraca berjalan (current account) bakal menguat sekitar 0,2% dari PDB.
Lebih jauh, Citi memperkirakan potensi penurunan peringkat
utang Indonesia bakal sedikit berkurang.
5. Nilai tukar Rupiah
Meski neraca pembayaran BI bakal menguat, Citi tak yakin
nilai tukar rupiah bakal berubah dari kondisi biasa depresiasi. Citi memperkirakan
nilai rukar rupiah berada di level Rp 9.800 per dollar AS untuk periode 0-3
bulan dan Rp 9.900 untuk 6-12 bulan.
6. Defisit APBN
Defisit anggaran pemerintah Indonesia diperkirakan bakal
meningkat ke level 2,5% dari PDB dari posisi saat ini 1,7%. Dari kalkulasi
Citi, nilai nominal defisit bakal naik ke level Rp 77 triliun. (Shd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar