Kebutahan akan (Liquefied Natural Gas) LNG dari waktu
kewaktu terus mengalami kenaikan. Pertumbuhan akan kebutuhan LNG dipicu dari
kebutuhan akan bahan bakar yang lebih bersih. Pelanggan mengharapkan sesuatu
yang lebih murah, lebih effisien, dan ramah lingkungan dimana semua harapan
tadi dapat diberikan oleh LNG.
Berdasarkan data, selama tahun 2002, sebanyak 12 negara
telah mengekspor sebesar 5.4 TCF (sekitar 113 juta ton) dari gas alam sebagai
LNG, mengalami kenaikan yang cukup besar jika bandingkan dengan tahun 1997
(tahun 1997 dari 9 negara diekspor sebesar 4 TCF (84 juta ton). Indonesia
merupakan negara penghasil LNG terbesar di dunia, dimana nilai ekspornya adalah
sekitar satu per lima dari total volume sedunia di tahun 2002.
Beberapa tahun lalu kebutuhan LNG nasional belum sebesar
saat ini, sehingga hasil produksi LNG sebagian besar masih di ekspor ke luar
negeri. Menipisnya produksi minyak bumi, membuat kita harus mencari sumber
energi alternatif, untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Menurut saya gas
adalah solusi yang paling tepat, kita memiliki cadangan gas yang cukup banyak.
Gas juga merupakan bahan bakar murah dan ramah lingkungan, sehingga diminati
oleh negara industri. Negara lain saja sangat tertarik untuk memanfaatkan gas
bumi, kenapa kita sebagai Negara yang menghasilkan gas bumi, malah lebih
memilih untuk mengekspor daripada memanfaatkan sendiri gas bumi yang kita
hasilkan.
Selama ini untuk memenuhi kebutuhan energi, kita masih
sangat bergantung dengan Bahan Bakar Minyak (BBM), misalnya untuk pembangkit
listrik. Padahal, harga BBM semakin tinggi dan ketersediaannya semakin langka,
terutama di beberapa kawasan bagian timur. Akibatnya, biaya produksi listrik di
kawasan Indonesia timur, seperti Sulawesi, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara
saat ini mencapai dua hingga lima kali lipat dibandingkan dengan wilayah Jawa
Bali dan Sumatera.
Menurut saya pengembangan pemanfaatan LNG skala kecil
merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi mahalnya biaya produksi listrik,
yang disebabkan tingginya harga BBM. Hal tersebut dikarenakn upaya optimalisasi
pemanfaatan gas dengan menggunakan jaringan pipa saat ini belum ekonomis untuk
dikembangkan, karena skala kebutuhan gas yang masih rendah, yaitu antara 3 dan
30 juta kaki kubik per hari.
Proyek small scale LNG sangat tepat untuk optimalisasi
pemanfaat gas bumi, mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas. Banyak sekali
pembangkit-pembangkit listrik yang dibangun jauh dari sumber gas bumi. Bila
dipaksakan dijangkau menggunakan pipa, akan sangat tidak ekonomi, kerena biaya
investasi untuk membangun pipa sangat besar, apalagi gas yang akan dialirkan
jumlahnya masih kecil. Dengan Proyek small scale LNG akan lebih efisien, kerena
biayanya tidak begitu besar, sehingga bisa dikembangkan di setiap wilayah yang
memerlukan.
Saat ini, PT Pertamina Gas, anak perusahaan Pertamina,
bekerja sama dengan PT Indonesia Power, anak perusahaan PT PLN (Persero), telah
membentuk perusahaan patungan PT Pertadaya Gas yang akan melaksanakan beberapa
proyek small scale LNG di kawasan Timur Indonesia. Beberapa pembangkit listrik
yang akan memanfaatkan teknologi tersebut meliputi pembangkit listrik di Maros,
Pesanggaran, Tanjung Batu, Batakan, Pomalaa, Halmahera, dan Kupang. Pertamina
menargetkan pembangkit listrik tersebut akan mulai beroperasi pada 2014-2016.
Proyek small scale LNG seperti itulah yang harus lebih
banyak lagi dibangun, untuk menyediakan energi yang murah bagi masyarakat.
Tanggung jawab Pemerintah untuk menyediakan bahan bakar dan energi yang murah dan lebih efisien bagi masyarakat.
Tanggung jawab kita semua, untuk membantu dan mengingkatkan pemerintah, agar
mengambil kebijakan yang tepat dan pro rakyat. Sudah saatnya gas dimanfaatkan
untuk kepentingan nasional dan sudah seharusnya masyarakat mendapatkan energi
yang murah, mengingat Negara kita memiliki sumber energi yang melimpah.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar