Rabu, 12 Juni 2013

Proyek Small Scale LNG, Optimaliasi Pemanfaatn Gas

Kebutahan akan (Liquefied Natural Gas) LNG dari waktu kewaktu terus mengalami kenaikan. Pertumbuhan akan kebutuhan LNG dipicu dari kebutuhan akan bahan bakar yang lebih bersih. Pelanggan mengharapkan sesuatu yang lebih murah, lebih effisien, dan ramah lingkungan dimana semua harapan tadi dapat diberikan oleh LNG.
Berdasarkan data, selama tahun 2002, sebanyak 12 negara telah mengekspor sebesar 5.4 TCF (sekitar 113 juta ton) dari gas alam sebagai LNG, mengalami kenaikan yang cukup besar jika bandingkan dengan tahun 1997 (tahun 1997 dari 9 negara diekspor sebesar 4 TCF (84 juta ton). Indonesia merupakan negara penghasil LNG terbesar di dunia, dimana nilai ekspornya adalah sekitar satu per lima dari total volume sedunia di tahun 2002.


Beberapa tahun lalu kebutuhan LNG nasional belum sebesar saat ini, sehingga hasil produksi LNG sebagian besar masih di ekspor ke luar negeri. Menipisnya produksi minyak bumi, membuat kita harus mencari sumber energi alternatif, untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Menurut saya gas adalah solusi yang paling tepat, kita memiliki cadangan gas yang cukup banyak. Gas juga merupakan bahan bakar murah dan ramah lingkungan, sehingga diminati oleh negara industri. Negara lain saja sangat tertarik untuk memanfaatkan gas bumi, kenapa kita sebagai Negara yang menghasilkan gas bumi, malah lebih memilih untuk mengekspor daripada memanfaatkan sendiri gas bumi yang kita hasilkan.
Selama ini untuk memenuhi kebutuhan energi, kita masih sangat bergantung dengan Bahan Bakar Minyak (BBM), misalnya untuk pembangkit listrik. Padahal, harga BBM semakin tinggi dan ketersediaannya semakin langka, terutama di beberapa kawasan bagian timur. Akibatnya, biaya produksi listrik di kawasan Indonesia timur, seperti Sulawesi, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara saat ini mencapai dua hingga lima kali lipat dibandingkan dengan wilayah Jawa Bali dan Sumatera.
Menurut saya pengembangan pemanfaatan LNG skala kecil merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi mahalnya biaya produksi listrik, yang disebabkan tingginya harga BBM. Hal tersebut dikarenakn upaya optimalisasi pemanfaatan gas dengan menggunakan jaringan pipa saat ini belum ekonomis untuk dikembangkan, karena skala kebutuhan gas yang masih rendah, yaitu antara 3 dan 30 juta kaki kubik per hari.
Proyek small scale LNG sangat tepat untuk optimalisasi pemanfaat gas bumi, mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas. Banyak sekali pembangkit-pembangkit listrik yang dibangun jauh dari sumber gas bumi. Bila dipaksakan dijangkau menggunakan pipa, akan sangat tidak ekonomi, kerena biaya investasi untuk membangun pipa sangat besar, apalagi gas yang akan dialirkan jumlahnya masih kecil. Dengan Proyek small scale LNG akan lebih efisien, kerena biayanya tidak begitu besar, sehingga bisa dikembangkan di setiap wilayah yang memerlukan.
Saat ini, PT Pertamina Gas, anak perusahaan Pertamina, bekerja sama dengan PT Indonesia Power, anak perusahaan PT PLN (Persero), telah membentuk perusahaan patungan PT Pertadaya Gas yang akan melaksanakan beberapa proyek small scale LNG di kawasan Timur Indonesia. Beberapa pembangkit listrik yang akan memanfaatkan teknologi tersebut meliputi pembangkit listrik di Maros, Pesanggaran, Tanjung Batu, Batakan, Pomalaa, Halmahera, dan Kupang. Pertamina menargetkan pembangkit listrik tersebut akan mulai beroperasi pada 2014-2016.
Proyek small scale LNG seperti itulah yang harus lebih banyak lagi dibangun, untuk menyediakan energi yang murah bagi masyarakat. Tanggung jawab Pemerintah untuk menyediakan bahan bakar dan energi yang  murah dan lebih efisien bagi masyarakat. Tanggung jawab kita semua, untuk membantu dan mengingkatkan pemerintah, agar mengambil kebijakan yang tepat dan pro rakyat. Sudah saatnya gas dimanfaatkan untuk kepentingan nasional dan sudah seharusnya masyarakat mendapatkan energi yang murah, mengingat Negara kita memiliki sumber energi yang melimpah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar